Pandangan Agama Tentang Jumlah Anak Ideal
Written by Unknown on 23:03Pandangan Agama Tentang Jumlah Anak Ideal
perbuahan selama dua dasawarsa dengan model baru untuk analisa kohort Kesuburan di negara berkembang, dibanding di negara maju, sangat terpengaruh oleh pandangan agama. Hubungan ini terasa walaupun faktor keluarga dan pribadi sudah diperhitungkan seperti misalnya pendapatan keluarga dan pendidikan masing-masing pasangan. Namun selama dua dasawarsa terakhir hubungan antara pemahaman agama dan kesuburan sedang berubah pelan-pelan. Saya berniat memilah-milah perubahan sosial ini kedalam komponen umur, masa dan kohort.
Tentang ketiga efek tersebut, kita perlu pemisahan yang tajam. Misalnya, orang Indonesia sering mengatakan ‘muda hura-hura, tua masuk surga’ sehingga perubahan dalam bentuk meningkatnya rasa dekat dengan Tuhan adalah efek usia semata-mata; bukanlah karena masyarakat Indonesia masa kini lebih dekat kepada Tuhannya.
Sebagai saingan terhadap penjelasan tersebut adalah efek masa. Sesudah krisis ekonomi 1998 orang mungkin terdorong untuk menimbang kembali hubungannya dengan Tuhan sehingga, lagi-lagi, ada peningkatan rasa dekat dengan Tuhan secara rata-rata di masyarakat Indonesia. Singkatnya, memilah efek ketiga faktor ini adalah pekerjaan banyak peneliti demografi dan
sosiologi.
Ada satu himpunan model untuk tujuan ini (Yang and Land, 2008). Yang dan kawan-kawan, dengan cerdik meninjau ulang model multilevel untuk tujuan ini untuk mendapatkan pemilahan dan estimasi yang lebih akurat. Persisnya, dia menetapkan dua dari tiga efek tersebut, biasanya usia dan masa, sebagai faktor pada level atas atau level dua dan menggunakan cross random effects untuk mengestimasi ketiga efek tersebut.
Tentu saja, sesuatu yang jarang diakui oleh Yang, aplikasi ini tetap membutuhkan pembenaran teoretis atau demografis dan sosiologis. Namun jelas, model ini belum pernah diterapkan dalam kasus negara berkembang.
Seperti yang diakui sendiri oleh Yang, kasus negara berkembang agak sulit karena jumlah gelombang angketnya biasanya kecil; negara maju sudah punya angket tahunan yang sudah berlangsung selama dua dasawarsa atau lebih. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia baru dilangsungkan lima atau enam kali sehingga sulit menarik inferensi yang efisien tanpa metode bantu lain.
Sementara ini saya menimbang-nimbang untuk menggunakan hierarchical Bayes
model (Gelman et al., 2004).